Saat Musibah Datang..
Minggu sore (22/5) saya pergi ke Mega Bekasi XXI untuk menonton film berjudul Trust. Filmnya sih biasa saja. Tapi pesan moralnya benar-benar menyentuh kalbu saya.
Saya benar-benar tidak menyangka akhir film yang “mengambang” seperti itu ternyata memuaskan saya. Bahwa segala sesuatu tidak harus dilihat dan dinilai dari benar dan salah.
Tapi apa yang baik untuk kita semua, jauh lebih penting daripada mencari siapa yang berada di kanan dan siapa yang di kiri. Seandainya saya bisa seperti itu..
Film yang dibintangi oleh Clive Owen ini bercerita tentang Annie, gadis belia yang tertipu kata-kata manis seorang penjahat seksual. Belum stabilnya emosi si gadis membuatnya tertipu dan melakukan hubungan seksual sebelum cukup umurnya.
Hal itu terbongkar dan membuat marah ayahnya, yang ingin menangkap sendiri si penjahat dan kalau perlu membunuhnya.
Tapi apa itu yang dibutuhkan Annie?
Apa dia benar-benar ingin si penjahat tertangkap agar sakit dan sedih hatinya terobati?
Saya pribadi cenderung menyalahkan keadaan saat terjadi musibah yang menyakiti atau membuat sedih orang yang saya sayangi. Misalnya, di sebuah kejadian ibu saya kecopetan.
Ada dua hal yang mungkin terlintas di pikiran saya. Pertama, menghujat perbuatan si pencopet yang tega melakukan itu kepada ibu saya dan mendoakan agar suatu hari saat dia melakukan kejahatannya tertangkap warga dan dianiaya.
Kedua, bisa jadi saya justru menyalahkan ibu saya yang menciptakan kondisi sampai bisa kecopetan seperti itu. Bahkan ujung-ujungnya jadi saling menyalahkan. Saya rasa itu pikiran yang manusiawi.
Tapi walaupun terkesan tidak manusiawi, di sinilah letak hebatnya film ini buat saya. Saat dia sedih, saat orang yang kita sayangi tertimpa musibah dan kesialan, kenapa kita harus berkeras hati mencari di mana letak salahnya.
Menyalahkan diri sendiri pun tidak ada gunanya, apalagi menyalahkannya atau orang lain atas musibah ini.
Kalau untuk mencari yang benar dan salah ternyata justru menciptakan masalah baru, kenapa kita tidak memilih untuk tetap berjalan bersama, saling menguatkan untuk segera melupakan musibah itu dan menjadikannya pelajaran di masa datang?
Comments closed
Comments
Musibah datang untuk menjadi pelajaran bagi manusia agar kejadian yang sama tidak berulang lagi.
Maaf gak mau berkomentar soal postingan.
Mega Bekasi XXI? Emang bli tinggalnya di Bekasi sekarang? Sama dong kita. Ayo KOPDARR!!!! 😀
Haha,, itu undangan kopdar atau ancaman mas? Serem banget.. 🙂
Saya ndak tinggal di Bekasi, tapi di Duren Sawit. Jadi, kalau mau ke bioskop kayanya lebih dekat ke Bekasi (Metropolitan 21 atau Mega Bekasi XXI) daripada ke Jakarta. Hehe..
Film yang benar2 mengoyakkan perasaan kayaknya ya Bli.
Kalau saya melihatnya, memang untuk ikhlas itu tidak mudah. Berpikir jernih saat ditimpa suatu kejadian menyakitkan susah sekali…berat. Harus banyak berdoa agar bisa benar2 ikhlas.
Bli,
KOk komentar saya via mobile masuk spam terus ya… douh capek tadi udah komen panjang2 🙁
Maaf Kak.. 🙂
Sudah saya muat kok komentarnya. Jangan kapok berkomentar di sini ya..
Hmmm, benar saya setuju.
Ketika tertimpa musibah lalu kita mencari siapa yang benar dan salah, kalau tujuannya untuk menganalisa agar musibah terulang lagi sih bagus. Tapi kalau seperti yang anda katakan, mencari siapa yang salah dan benar hanya memunculkan masalah baru, sebaiknya hal itu tidak perlu dilakukan.
wahh jadi referensi kalau mau nonton film trust nya nih mas..
trus, gimana dengan penggambaran hubungan seksualna? bisa dijelaskan gk bro? hehe
Saya belum sempat nonton filmnya 😀
Maklum mas, di Jayapura bioskopnya udah tutup lapak alias bangkrut 😀
Jadi ya tunggu DVD bajakannya aja deh 😆
film yang bagus neh kayaknya..
tapi kok gak disebut sih endingnya.
kalau musibah datang, pikiran saya selalu sibuk dengan masalah saya tersebut, terus konsentrasi terganggu.,
soalnya saya orangnya suka mengingat hal yang bersifat emosional.
[…] tulisan ini memang mirip dengan judul tulisan saya sebelumnya tentang film Trust. Temanya mirip sih, tapi kasusnya berbeda. Saya terpikir menulis ini waktu menonton di tivi, Adang […]