Persija Harus Beri Sanksi Kepada Simic
Belum juga ada prestasi yang layak dibanggakan, sepakbola Indonesia dihebohkan oleh isu tak sedap. Seorang pesepakbola asing yang cukup dikenal penggemar sepakbola nasional, diduga melakukan pelecehan seksual kepada seorang penyanyi yang sedang naik daun.
Banyak orang meyakini, pesepakbola itu adalah Marko Simic. Bintang klub sepakbola Persija Jakarta.
Walaupun belum ada pernyataan dari Simic, banyak hujatan yang telah ditujukan kepadanya.
Penggemar klub rival memanfaatkan isu ini untuk merisaknya dan Persija. Apalagi prestasi Persija musim ini sedang menurun termasuk juga performa Simic yang tidak segarang penampilannya di ajang Piala Presiden 2018.
Selain itu, pihak lain yang tidak menyukai perbuatan yang dituduhkan kepada Simic adalah penggemar sang penyanyi. Mereka turut beramai-ramai menghujat si terduga pelaku di akun medsos pribadinya.
Ditambah pula kecaman yang datang dari pihak lainnya. Salah satunya Koordinator Perubahan Hukum LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan.
Pada umumnya mereka menuntut agar Simic dijatuhi hukuman yang berat, terutama oleh klubnya, Persija.
Saya sendiri menggemari Persija dan seluruh pemainnya. Saya juga masih berharap bahwa pesepakbola yang diduga melecehkan perempuan bukanlah pemain Persija. Tapi saya tidak bisa begitu saja mengabaikan keyakinan banyak pihak bahwa memang benar Simic yang melakukan pelecehan seksual itu.
Sebenarnya, perbuatan amoral oleh pesepakbola ini bukanlah yang pertama kali. Di Indonesia, pernah terjadi kasus serupa yang diduga dilakukan oleh atlet sepakbola.
Sebut saja kasus pelecehan seksual yang melibatkan pemain Sriwijaya FC pada tahun 2017 lalu. Atau pelecehan yang diduga dilakukan oleh Greg Nwokolo (sekarang pemain Madura United) dan Hilton Moreira (sekarang pemain Persipura Jayapura). Saya baca di indosport.com.
Namun semuanya tidak terbukti.
Selain pesepakbola di level domestik, perbuatan tercela juga pernah dilakukan oleh bintang sepakbola dunia. Ada yang melakukan pelecehan seksual, terlibat prostitusi dan perselingkuhan.
Misalnya Frank Ribery, yang merupakan pemain Bayern Muenchen. Dia pernah dituduh mengencani penjaja seks di bawah umur. Selain dianggap tidak bermoral, perbuatan itu melanggar hukum. Namun ia terbebas dari tuduhan dan tidak ada sanksi dari klubnya.
Selain Ribery, pesepakbola yang diterpa isu tak sedap antara lain adalah Cristiano Ronaldo, John Terry, Ryan Giggs dan Mauro Icardi. Mereka dituduh terlibat perselingkuhan.
Sementara John Terry diberi sanksi berupa pencopotan ban kapten timnas Inggris dari lengannya, yang lainnya tidak dikenakan sanksi apa pun oleh klubnya.
Kasus pelecehan seksual oleh pesepakbola yang berakhir di jeruji besi adalah yang dilakukan oleh Adam Johnson, mantan bintang klub Manchester City. Dia akhirnya dihukum penjara selama enam tahun dan riwayatnya sebagai bintang sepakbola pun tamat.
***
Lalu bagaimana sebaiknya Persija menyikapi isu miring yang menimpa pemain bintangnya?
Menurut saya pribadi, hal pertama yang harus dilakukan oleh manajemen Persija adalah meminta klarifikasi dari yang bersangkutan. Simic harus menjelaskan hal yang sebenarnya.
Kalau benar Simic melakukan perbuatan tak terpuji itu, tentu pilihan selanjutnya ada di pihak klub. Sejauh ini, menurut yang saya baca di cnnindonesia.com, manajer Persija memastikan bahwa itu adalah urusan pribadi terduga pelaku dan korban.
Tentu saja pilihan itu keputusan manajemen Persija, dan semua pihak harus menghargainya. Tapi kalau tuduhan itu benar adanya, tentu tidak elok rasanya kalau Persija membiarkannya dengan dalih bahwa itu adalah urusan pribadi.
Di negeri ini, urusan pribadi tidak benar-benar bisa dipisahkan dari urusan publik. Apalagi yang menyinggung rasa keadilan yang berlaku di masyarakat.
Maka alasan bahwa kasus ini adalah ranah pribadi, tidak akan mudah diterima oleh masyarakat.
Kalau memang benar Simic melakukannya, paling tidak Persija harus memberi teguran baik lisan maupun tertulis. Hal ini minimal dapat menunjukkan kepada khalayak bahwa Persija tidak mendukung perbuatan semacam itu.
Sanksi apa yang dapat diberikan oleh Persija tentu tergantung dari kebijakan atau regulasi yang berlaku di internal Persija. Saya tidak tahu pastinya, tapi kemungkinan ada mekanisme penjatuhan sanksi di internal Persija.
Begitulah kira-kira kata Gede Widiade, Dirut PT. Persija Jaya, yang menyatakan bahwa sekalipun itu urusan pribadi, apabila merugikan klub akan dikenakan sanksi. Ada punishment yang berdasarkan pada peraturan perusahaan dan perjanjian kontrak. Begitu yang saya baca di jawapos.com.
Pemutusan kontrak atau pemecatan bisa saja terjadi kalau korbannya melaporkan kasus ini kepada kepolisian yang berujung vonis hukuman pidana.
Lalu bisakah kasus ini berujung hukuman penjara? Bisa saja.
***
Terduga pelaku sebaiknya menjelaskan semuanya. Kalau memang benar dia melakukannya, hal pertama yang harus dilakukannya adalah minta maaf.
Simic harus minta maaf secara terbuka kepada korban kalau dia benar-benar melakukannya.
Sementara untuk klub favorit saya, Persija Jakarta, seharusnya mengambil tindakan. Dimulai dari memanggil Simic dan memintanya menjelaskan kebenarannya. Setelah itu ambil langkah selanjutnya, tergantung dari pernyataan Simic.
Kalau dia mengakuinya, Persija harus menjatuhkan sanksi sesuai regulasi internal. Tapi kalau dibantah, maka Persija dan semua pihak harus menghargainya.
Terakhir, saya berharap kasus ini segera berakhir sebagaimana seharusnya. Kalaupun ternyata ada pemecatan, ya saya akan dukung.
Bukankah nama di punggung tidak lebih besar dibandingkan lambang Persija di dada. Sehebat apa pun Simic, kalau dia berbuat demikian, maka manajemen Persija harus menjaga nama baik klub dan perusahaan sekaligus membela harkat dan martabat korban.
Saya juga berharap Jakmania menahan diri untuk menanggapi isu ini. Biarkan Simic dan Persija yang akan mengambil langkah selanjutnya untuk menuntaskan isu ini. Tapi Jakmania juga harus adil menyikapi apa pun kebenaran yang akan muncul nantinya.
Saya ingin melihat Persija terkenal karena prestasinya, bukan dari sensasi atau isu tak sedap semacam ini.
Demikian. Forza Persija!
