Pantaskah Persija Tampil di GBK?
Dilihat dari kualitas permainan, saya rasa Persija layak tampil di stadion sepakbola Gelora Bung Karno (GBK). Lihat saja permainan menyerang yang mereka peragakan di gelaran final Piala Presiden 2018, mampu mempermalukan runner-up Liga 1 musim lalu, Bali United Pusam FC, 3 gol tanpa balas.
Tapi bagaimana dengan kualitas suporternya, Jakmania? Pantaskah mereka menikmati fasilitas kelas dunia yang tersedia di GBK?
Sebenarnya, kehadiran Jakmania memberi nuansa yang berbeda di setiap pertandingan Persija. Jakmania selalu hadir dimana pun Persija berlaga. Mereka selalu berisik untuk mendukung Persija.
Jakmania bahkan mendapat apresiasi khusus dari Fox Sport, atas kehadiran dan antusiasme mendukung Persija di Johor pekan lalu, saat mereka berlaga di AFC Cup.
Kalau dilihat dari sisi ini, tentu Jakmania layak untuk tampil di stadion semegah GBK.
Tapi seperti yang saya baca di beberapa media, sejumlah oknum penonton berseragam Jakmania, memaksa masuk stadion tanpa tiket saat pertandingan final Piala Presiden berlangsung. Bahkan mereka merusak pintu, kursi dan pagar pembatas tribun dan lapangan.
Alasan yang disampaikan Persija tentu saja bahwa pelaku perusakan bukan anggota resmi Jakmania. Mereka biasa disebut Rojali, atau Rombongan Jakmania Liar. Memang sih, tidak mudah mengoordinir puluhan ribu anggota.
Tapi alasan semacam itu sudah sangat klise. Sulit diterima oleh masyarakat umum.
Alasan lain adalah kejadian ini bukan kesalahan Persija sepenuhnya, karena panitia pertandingan bukan dari pihak Persija. Sekadar mengingatkan, posisi Persija di final Piala Presiden 2018 bukanlah tuan rumah. Jadi kepanitiaan bukan dari Persija.
Dan kejadian semacam ini bisa terjadi dimana saja, oleh suporter klub lain dimana pun.
Tapi faktor yang membedakan adalah Persija dan GBK.
Persija adalah salah satu klub sepakbola dengan jumlah suporter terbesar di Indonesia. Mereka juga militan. Dimana pun Persija bertanding, Jakmania hadir menemani. Bertanding melawan Persija akan memberi sensasi yang berbeda, apalagi di hadapan puluhan ribu Jakmania.
Faktor pembeda kedua adalah GBK. Salah satu stadion terbesar di dunia ini baru saja direnovasi menjadi lebih megah, mewah dan indah. Mungkin kalau kerusuhan terjadi di stadion lain, misalnya di Gelora Bandung Lautan Api, masyarakat bisa lebih mudah memaafkan.
Dengan kondisi demikian, tentu sulit bagi masyarakat (terutama yang tidak menyukai Persija) untuk merestui Persija tampil di GBK. Apapun alasannya, kalau kerusuhan itu dilakukan oleh gerombolan berseragam Jakmania, apalagi di GBK, masyarakat tidak akan mudah memaafkan.
Kalau kejadian ini terulang lagi, akan semakin sulit bagi Persija menarik simpati masyarakat luas dan penggemar sepakbola nasional untuk mendukung Persija tampil di GBK. Sekalipun untuk mewakili Indonesia di ajang level Asia.
Trus bagaimana?
Solusi termudah adalah Persija tampil di GBK tanpa Jakmania. Ibarat sayur tanpa garam. Hambar.
Saya yakin, tak ada satu pun orang yang menginginkan itu. Bahkan mungkin Persib Bandung, saat bertanding melawan Persija di Jakarta akan lebih memilih bertanding dengan dihadiri puluhan ribu Jakmania.
Solusi lainnya adalah menggelar pertandingan di stadion lain. Solusi ini bisa diterima kalau kota Jakarta tidak punya stadion yang memadai. Tapi di Jakarta ada GBK, yang terbuka untuk disewa oleh siapa pun, termasuk Persija.
Tapi kemudian masalahnya tidak hanya sampai di situ.
Mari bicara secara obyektif. Saya sebagai penggemar Persija, yang tidak tergabung secara resmi sebagai Jakmania, justru takut akan lebih memilih salah satu dari 2 solusi di atas tadi.
Bukan karena saya membenci Jakmania, tapi justru karena kecintaan saya kepada Persija.
Bayangkan kalau hal ini terjadi lagi di GBK, yang akan menanggung kerugian adalah Persija sendiri. Sebab segala kerusakan yang terjadi atas GBK nantinya akan menjadi tanggung jawab Persija.
Tentu kerugian tidak hanya dari sisi finansial, yang harus dibayar oleh Persija apabila GBK rusak. Bisa saja pengelola GBK akan mempertimbangkan untuk tidak lagi bersedia menyewakan GBK kepada Persija.
Rugi 2 kali.
***
Kemudian saya hanya bisa berharap, manajemen Persija dan Jakmania akan memikirkan ini lagi dengan lebih matang.
Sebab mungkin saja perusakan itu memang bukan dilakukan oleh Jakmania.
Tapi siapapun pelaku perusakan, selama itu terjadi saat pertandingan Persija di GBK, maka Jakmania (dan warga Jakarta) yang akan paling pertama menghadapi tudingan masyarakat sebagai perusak dan Persija akan menjadi yang terdepan untuk dimintai pertanggungjawaban.
Siapkah Persija menghadapi kemungkinan itu?
Semoga yang terbaik untuk Persija dan GBK.
#PersijaSelamanya
#RespekJakmania
