Pemotor dan Lampu Lalu Lintas

Macam-macam orang di jalan raya. Termasuk para pemotor dan bagaimana mereka menyikapi lampu lalu lintas.

Pada setiap hari kerja, saya menempuh perjalanan dari apartemen di pinggiran kota Jakarta Timur ke kantor di bilangan Semanggi, Jakarta Selatan. Kurang lebih 23 km harus saya tempuh dalam waktu kurang dari sejam untuk sekali jalan mengendarai sepeda motor. Dalam perjalanan itu saya melewati beberapa perempatan dengan lampu lalu lintas sebagai pengatur arus kendaraan yang lalu lalang.

Setelah sekian tahun melalui rutinitas perjalanan pergi dan pulang, saya bisa mengamati tipe pemotor di jalan berhubungan dengan lampu lalu lintas. Tentu masih bisa salah, karena ini cuma berdasarkan pengamatan pribadi secara sekilas di perjalanan.

Maka saya membagi tipe pemotor dalam masing-masing tiga kelompok situasi.

1. Sebelum tiba di persimpangan dengan lampu lalu lintas

Ada pemotor yang bila melihat dari jauh lampu kuning telah menyala, mereka akan gaspol agar tidak harus berhenti karena lampu merah akan menyala sebentar lagi. Tapi ada pula tipe kedua, yang akan mengurangi kecepatan untuk bersiap-siap berhenti dengan santai saat lampu merah.

Saya pribadi, termasuk tipe yang kedua, mengurangi kecepatan sebelum tiba di perempatan. Tapi saya juga harus tetap memperhatikan pemotor di belakang melalui kaca spion, bilamana ada pemotor tipe pertama. Sebisa mungkin saya akan berhenti agak di pinggir, takut diseruduk.

2. Saat lampu merah menyala

Situasi kedua adalah saat telah berhenti karena lampu lalu lintas menyala merah. Saya melihat tipe pemotor dari dimana mereka berhenti. Pertama, tentu yang disiplin mengikuti marka jalan, yaitu di belakang garis sebelum zebra cross. Sebenarnya bukan perkara sulit untuk berhenti di situ. Saya selalu berusaha berhenti di belakang garis.

Tapi ada tipe kedua, yang lewat sedikit di depan garis atau bahkan berhenti tepat di atas zebra cross. Ini tentu mengganggu hak pejalan kaki yang jadi kesulitan menyeberang jalan. Tapi anehnya, meskipun ada polantas yang berjaga, tidak ada tindakan terhadap mereka.

sumber foto: Media Indonesia

Tipe pemotor yang ketiga, tidak lebih baik daripada tipe kedua, yaitu berhenti di depan zebra cross. Ini bisa berbahaya karena dapat mengganggu arus lalu lintas dari arah lain. Biasanya pemotor tipe ini akan menerobos lampu merah bila arus kendaraan dari arah lain yang sedang lampu hijau sudah kosong.

Selain tiga tipe di atas, ada juga tambahan, pemotor yang berhenti di tempat yang teduh. Entah itu di bawah pohon, di bawah jembatan penyeberangan, atau di tempat lain yang tidak terpapar teriknya sinar matahari.

Kebiasaan yang dilakukan para pemotor juga bisa dibagi ke dalam beberapa tipe. Misalnya, tipe pertama adalah pemotor yang tetap fokus memperhatikan lampu lalu lintas. Sehingga saat lampu kuning atau hijau menyala, mereka sudah siap untuk melaju. Tipe lainnya adalah yang memeriksa ponsel. Bisa jadi mereka memastikan peta perjalanan, agar mereka tidak salah jalan. Atau sekadar memeriksa pesan penting yang masuk.

Tipe lain yang paling menyebalkan adalah mereka yang menyalakan rokok atau merokok saat menunggu lampu merah padam. Dan mereka akan terus merokok sepanjang perjalanan.

3. Setelah lampu merah padam

Situasi ketiga adalah ketika lampu merah telah padam. Di beberapa tempat, saya melihat ada yang agak berbeda. Ada yang setelah merah, lampu lalu lintas menyala kuning dulu. Ada juga yang langsung hijau.

Dalam situasi ini, ada dua kelompok lagi, yaitu kelompok yang berhenti di baris depan, dan kelompok yang berhenti di tengah atau di belakang. Untuk pemotor yang berhenti di baris depan, ada dua tipe. Kesatu, tipe yang melaju dengan sedang saja. Mereka tidak terburu-buru untuk tancap gas bak pembalap yang memulai perlombaan.

Kedua, tipe yang langsung gaspol, bahkan kadang saat lampu merah masih menyala. Tipe yang seperti ini biasanya sudah hafal giliran lampu hijau menyala, atau karena melihat kendaraan dari arah lain telah berhenti, yang artinya arah lain sudah menyala merah.

Tipe yang seperti akan tidak sabaran saat mereka berhenti di baris tengah, apalagi di belakang. Di Jakarta, ada segelintir pemotor (dan pengendara mobil) yang langsung klakson saat lampu merah padam. Entah apa yang mereka kejar.

Sementara tipe yang melaju santai, saat berada di barisan belakang, akan menunggu yang di depan melaju duluan sebelum melanjutkan perjalanan.

Yellow Box Junction

Ada satu lagi hal yang patut diperhatikan oleh pemotor dan pengendara lain saat berada di persimpangan yang terdapat lampu lalu lintas. Di beberapa tempat, bila diperhatikan, terdapat marka garis kuning berbentuk persegi empat yang berada di tengah-tengah persimpangan.

Disingkat YBJ.

sumber foto: Ombro

Hak kita untuk melaju saat lampu lalu lintas telah menyala hijau, tidak begitu saja dapat kita nikmati. Aturannya, saat areal YBJ belum bersih dari kendaraan arah lain yang telah melaju sebelumnya, maka kita belum boleh jalan. Ini bertujuan untuk menghindari keruwetan dan kemacetan.

Tapi sedikit sekali pengendara yang menaati aturan ini, terutama pemotor. Saya pernah berusaha mengikuti aturan YBJ, tapi diklakson oleh pengendara di belakang agar segera berjalan, padahal di depan masih ada kendaraan yang terjebak di tengah-tengah YBJ.

Ya sudahlah.

Begitulah tipe pemotor di jalanan Jakarta menurut pengamatan saya. Ini bukan tentang orang Jakarta, tapi tentang pengendara sepeda motor. Mereka belum tentu orang Jakarta, meskipun yang mereka kendarai adalah sepeda motor plat B.

Siapa pun anda, dimana pun anda berkendara, berhati-hatilah. Utamakan keselamatan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebab ada banyak orang yang menunggu anda dan mereka tiba dengan selamat di rumah.

Lalu, anda termasuk tipe yang mana?

Digiprove sealDigiproved

Newsletter