“Meng-inggris-kan” Sebuah Nama
Sudah hampir sebulan ini saya rutin membaca The Jakarta Post. Dari koran berbahasa Inggris ini, saya mulai menambah sedikit demi sedikit perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris.
Tapi saya tertarik dengan cara membahasa-inggriskan sebuah nama yang sering saya baca di koran ini.
Misalnya dalam terbitan hari ini (15/10), saya membaca di halaman pertama beberapa partai dalam bahasa Inggris. Seperti Democratic Party, Prosperous Justice Party, National Mandate Party, Indonesian Democratic Party of Struggle, dsb.
Pentingkah membahasa-inggriskan sebuah nama?
Menurut saya, partai-partai yang disebut di atas adalah sebuah nama, bukan sebuah (kata) benda. Kalaupun koran itu ingin menjelaskan nama partai yang dimaksud dalam bahasa Inggris, sebutkan saja di dalam tanda kurung.
Misalnya, Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P or Indonesian Democratic Party of Struggle).
Begitu juga dengan nama-nama lembaga negara, misalnya komisi pemberantasan korupsi. Kira-kira seperti ini;
After summoning a number of legislators, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), the Indonesia’s Commission of Corruption Eradication, has announced plans to summon former Bank Indonesia senior deputy governor Miranda Goeltom later this month.
Begitu juga dengan membahasa-indonesiakan nama dalam bahasa asing. Misalnya kita menulis tentang ASEAN:
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), atau Perkumpulan Negara-Negara di Asia Tenggara, dibentuk pada tanggal 8 agustus 1967 di Bangkok.
Menurut saya, ini lebih kepada penghormatan terhadap nama. Penting sekali untuk tidak mengalihbahasakan nama seseorang/lembaga seperti itu.
Kecuali memang nama itu mengakui terjemahan asli seperti United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang mengakui 3 bahasa asing sebagai bahasa resminya, selain bahasa Inggris.
Apalagi bila nama itu ternyata berkaitan dengan merek dagang.
Kita tidak bisa seenaknya mengalihbahasakan sebuah nama walaupun memiliki arti yang sama. Misalnya “Menonton film di channel TVSatu“. Maksudnya adalah TVOne.
Artinya sama saja antara TVSatu dan TVOne, kan? Tapi nama dan juga merek dagang tidak bisa seenaknya dialihbahasakan.
Untuk itu, kita harus benar-benar tahu, kapan sebuah kata merupakan nama dan kapan hanya sebuah kata benda biasa.
Misalnya kata “united“. Sebagai kata benda biasa, bisa saja kita terjemahkan menjadi “persatuan”.
Tapi saat kata itu menjadi sebuah nama, misalnya “Manchester United FC“, akan menjadi salah bila diterjemahkan menjadi “Klub Sepakbola Persatuan Manchester” atau “Klub Sepakbola Manchester Bersatu”.
Kira-kira demikian.

Comments closed
Comments
setuju, bro. gak semuanya harus diinggriskan dan sebaliknya gak semua inggris harus diindonesiakan.
good point!
(poin bagus).. hahaha..
.-= morishige´s last blog ..Langkah (18): Mencari Rumah Kelahiran Bung Hatta =-.
Partai bulan bintang nggak disebut disitu ya? 😀
Moon Star party.hehehe.
salam kenal bro.
betul, setuju banget…ga semua bisa diinggriskan…
lama ga berkunjung ke sini…hehehe
Saya sependapat dengan panjenengan, nama asli disebut terlebih dahulu baru terjemahannya dalam bahasa apapun ( jika perlu).Ini juga merupakan suatu kaidah penulisan kok.
Dulu di jakarta juga ada gerakan meng-Indonesiakan apa saja, nyatanya nggak laku. Eksekutif lebih senang ke Coffee Shop daripada ke Warung Kopi,bukan. Kesannya kan lebih keren walau tempatnya sama.
Mantap mas.
Salam hangat dari Surabaya
Iya pakde, di bali juga dulu pernah ada sweeping nama-nama perusahaan asing yang harus diganti dengan bahasa Indonesia atau lokal sekalian. Terima kasih, pakde!
lho lho… kok yang dijadikan contoh Manchester United, bukan Inter? hahahaha… **kidding
.-= wira´s last blog ..Review Film Star Trek =-.
Hahaha, maaf bos! Waktu menulis artikel ini, di tivi pas ditayangkan berita tentang manchester united. Hehe!
Kadang memang susah mencari padanan kata Indonesia yg pas tapi ada juga yg latah….
terkadang lucu membaca istilah-istilah yang ada, tapi walau berbahasa asing tapi kan terbit di Indonesia, seharusnya gak usah diterjemahkan semua…
.-= antokoe´s last blog ..Saatnya Berbagi Kue =-.
Salam kenal..
wahh manteppp betul betull…setuju brooo…
salam
nama2 negara pun dengan “sewenang-wenang” dipaksa untuk di indonesiakan meskipun nggak nyrempet sama sekali seperti egypt jd mesir, Côte d’Ivoire menjadi Pantai Gading, dll
Betul gus. Tapi saya harus jujur, untuk nama negara saya seringkali menyebutkannya dalam bahasa Indonesia tanpa menyertakan nama aslinya. 😛
Sampeyan kudu baca2 blog saya mas 🙂 dijamin puyeng 🙂
.-= Miyabi´s last blog ..Weak Desire to Saving =-.
menurutku sih malah enakan diartiin ke inggris lalu tetap dikasih singkatan dalam basa endonesia. soale jadi aku tau bgm artinya dalam basa inggris.
gunanya adalah kalo orang yg bener2 tidak tau ttg endonesia atau konteks tulisan itu akan lbh mudah memahami maksud tulisan tersebut.
.-= a!´s last blog ..Membicarakannya Memang Lebih Mudah =-.
Cara yang kuusulkan di atas rasanya juga ndak membuat orang asing jadi ndak mengerti, karena tetap ada penjelasan di anak kalimat atau di dalam tanda kurung.
Terima kasih buat opinimu, ton.
hehehe….emang g semua harus di-inggris-inggriskan…kalau nama saya ‘adin’ mso jadi ‘religion’?hehehe…