Kenapa Kami?

Setelah satu tahun lebih bertahan, akhirnya kami tumbang juga oleh virus Corona. Sangat menyesakkan dan terasa tak adil bagi kami.

Sejak virus Corona mulai muncul, saya dan keluarga telah menerapkan berbagai upaya pencegahan, agar kami terhindar dari penyakit ini. Terutama bagi kesehatan anak kami, Kayika.

Mungkin apa yang kami lakukan agak berlebihan dibandingkan apa yang dilakukan orang lain. Sebab lingkungan tempat tinggal kami berbeda dengan kebanyakan teman. Kami tinggal di sebuah apartemen, dimana kami harus tinggal dengan ratusan orang dalam satu atap.

Kami harus berbagi fasilitas umum bersama, seperti lift, taman, toko kelontong, dsb. Kami tidak mungkin menghindar dari pertemuan atau papasan dengan orang lain. Apalagi penghuni apartemen belum tentu warga tetap, bisa saja hanya menyewa beberapa hari, bulan atau selama setahun. Tetangga unit kami selalu berganti-ganti orang.

Maka itu kami memberlakukan aturan yang sangat ketat di internal keluarga. Apalagi karena kami juga harus masih bekerja di kantor. Tapi itu semua tidak cukup untuk menjauhkan kami dari virus Corona.

Tertular di mana?

Kami terkonfirmasi positif Corona setelah melakukan tes PCR (polymerase chain reaction) pada hari Sabtu, 10 Juli 2021. Alasan kami melakukan tes PCR adalah karena kami merasakan gejala sakit sejak hari Kamis, 8 Juli 2021. Gejala yang saya rasakan adalah demam ringan pada awalnya, lalu disusul batuk dan mudah lelah di hari selanjutnya. Badan juga terasa pegal.

Sementara istri saya merasakan demam yang lebih berat dibandingkan saya, disertai sakit kepala, pada hari pertama. Lalu ditambah pilek di keesokan harinya. Mudah lelah dan pegal-pegal juga muncul pada istri saya.

Anak kami yang bulan depan akan berumur empat tahun, sejauh ini masih sehat. Belum terdapat gejala, kecuali di hari pertama pada pagi hari, suhu tubuhnya sempat berada di angka 37,3 derajat. Masih dalam ukuran normal. Tapi setelah mandi pagi dan sarapan, suhu tubuh anak kami kembali normal di bawah angka 37 sampai saat saya menulis ini.

Setelah terkonfirmasi positif, kami berusaha menduga-duga di mana kami tertular. Kami terakhir keluar rumah pada hari Sabtu, tanggal 3 Juli 2021. Hari-hari sebelumnya kami tak pergi kemana pun ke luar lingkungan apartemen kami. Paling jauh kami hanya ke luar dari unit rumah kami untuk membuang sampah yang jaraknya hanya 5 meter dari pintu rumah kami.

Sementara terakhir kali saya dan istri pergi ke kantor, adalah tanggal 22 Juni 2021. Setelah itu kami menjalankan tugas work from home.

Kembali ke hari Sabtu, tanggal 3 Juli itu, kami ada keperluan yang harus kami urus di kantor pengelola apartemen, terkait tagihan listrik yang melonjak di luar kewajaran.

Di kantor pengelola, saya bertemu dan bicara dengan satu orang staf, dan bersama empat warga apartemen yang juga punya urusan, di dalam ruangan tertutup. Istri dan anak saya menunggu di luar sambil berjemur sinar matahari pagi. Oleh staf pengelola kami diarahkan untuk memeriksa meteran listrik didampingi teknisi dari pihak apartemen.

Sebelum kami menemui teknisi, kami berbelanja kebutuhan mingguan di salah satu mini market yang ada di lingkungan apartemen. Di dalam kami bersama dengan dua orang karyawannya dan beberapa orang lain yang juga sedang berbelanja.

Setelah berbelanja, kami juga mengambil beberapa paket yang kami terima di lobby lantai dasar dan segera menemui teknisi. Setelah menjelaskan maksud, kami dan teknisi segera naik ke lantai sembilan. Kami masuk ke dalam sebuah ruangan yang terdapat meteran listrik dari setiap unit rumah yang terdapat di lantai yang sama.

Ruangan ini tidak besar, dan kami menghabiskan waktu cukup banyak di sana. Berdiskusi perihal keluhan kami. Sekitar 15 sampai 20 menit kemudian, akhirnya kami meninggalkan ruangan itu dan pulang. Seperti biasa, sebelum masuk rumah, kami menyemprotkan barang dan pakaian kami dengan cairan desinfektan dan mandi yang bersih.

Sejak itu, kami tidak pernah lagi ke luar dari unit apartemen kami. Kecuali saya sendiri yang harus kembali ke ruang meteran listrik tadi untuk menindaklanjuti pemeriksaan pertama di hari kemarin. Lokasi ruang meteran listrik dengan unit apartemen kami hanya sekitar 20-30 meter saja mungkin.

Saya menghabiskan waktu sekitar 10 menit di sana bersama teknisi. Setelahnya saya pulang dengan aturan yang sama, disemprot desinfektan dan mandi. Pakaian yang saya pakai ke luar, segera masuk mesin cuci yang tertutup rapat di balkon unit apartemen kami.

Saya melakukan pemeriksaan listrik sampai dengan hari Senin, 5 Juli 2021. Biasanya dilakukan pada pukul delapan malam. Semuanya masih baik-baik saja, sampai akhirnya di hari Kamis, kami mulai merasakan gejala sakit.

Berdasarkan informasi yang saya baca, dengan memperhitungkan masa inkubasi virus Corona di dalam tubuh, kemungkinan terbesar kami tertular adalah antara hari Sabtu sampai dengan Senin.

Saya telah melaporkan kronologi kemungkinan itu kepada pengelola apartemen dan tim Satgas Covid-19 untuk melakukan pemeriksaan dan tracing kepada orang-orang yang mungkin bersinggungan dengan saya di hari-hari itu. Apalagi terutama teknisi yang kami temui, tidak dapat saya hubungi lagi sejak hari Kamis, saat kami mulai merasakan gejala.

Terasa tak adil bagi saya.

Saya merasa ini semua tak adil bagi kami, terutama bagi anak kami. Meskipun sampai sejauh ini anak kami masih tetap sehat, tidak bergejala, tapi tentu dia terdampak pula. Sejak kami dinyatakan positif, maka kami harus mengungsikan anak kami ke tempat mertua. Hal yang sebelumnya tak pernah kami lakukan.

Kami yang selalu disiplin menjalankan protokol kesehatan di manapun. Masker tak pernah kami lepas saat berada di luar rumah, kecuali saat terpaksa makan siang di luar, seperti di kantor, dsb. Sementara beberapa orang yang kami lihat, tanpa berdosa mengobrol tanpa masker. Atau kalaupun memakainya tapi tidak menutupi seluruh area hidung, mulut dan dagu dengan sempurna.

Kalau ditegur, responnya sinis dan kadang-kadang meremehkan.

Kenapa bukan mereka saja yang tertular virus Corona? Begitu awalnya saya mempertanyakan perkenan Tuhan kali ini.

Tuhan takkan langsung menjawabnya. Ini mungkin tak adil bagi saya, tapi pasti ada rencana baik Tuhan yang akan saya nikmati nanti bila sudah sembuh dan sehat kembali. Juga bagi setiap orang yang tengah atau pernah terdampak dari keberadaan virus Corona ini. Tentu yang paling saya tunggu-tunggu adalah berkumpul kembali bersama anak dalam keadaan sehat dan baik.

Ampuni saya, Tuhan.

Bagi anda yang abai,

Bila boleh saya menyampaikan di sini, tolonglah jangan egois. Bila anda merasa tubuh anda sehat, kuat atau kebal dari virus Corona, hargailah mereka yang tidak. Tidak setiap orang memiliki daya tahan tubuh yang baik. Sehingga setiap orang akan muncul gejala dengan level yang berbeda-beda saat tertular. Tidak semuanya akan selalu baik-baik saja seperti anda.

Selain itu tidak setiap orang memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan isolasi mandiri maupun untuk mendapatkan fasilitas kesehatan. Sekarang, faskes di Jakarta tidak dapat lagi menampung pasien Corona. Obat-obatan juga sulit didapat, kecuali bila anda memiliki waktu untuk memburu obat tersebut di setiap apotek yang anda temui.

Selain kebijakan dan penegakan aturan yang tidak jelas dan tegas, keberadaan anda yang abai atau yang meremehkan virus ini membuat kita semua tidak bisa lepas dari situasi yang tidak sehat ini. Negara akan selalu kesulitan menghadapi gelombang pandemi.

Angka kesembuhan yang tetap sangat tinggi tentu patut disyukuri, tapi akan lebih baik bisa tidak banyak yang harus sakit lebih dulu. Anda juga tidak perlu harus merasakan sakit lebih dulu untuk menyadari bahwa virus Corona bisa sangat berbahaya dan mematikan bagi mereka yang berada dalam kondisi rentan, baik dari segi kesehatan maupun segi lainnya.

Semoga lekas sembuh.

Di balik kegundahan saya, saya tetap bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas segala hal baik yang kami rasakan di balik sakit ini. Perhatian dari saudara dan teman, baik berupa doa dan dukungan moral, serta dukungan lain berupa makanan dan obat-obatan juga terus berdatangan kepada kami dan anak.

Sampai dengan hari ketiga isolasi mandiri ini (dari sepuluh hari plus tiga hari observasi yang disarankan dokter), kami belum bisa mendapatkan semua obat yang diresepkan dokter. Kami masih hanya bergantung dari obat umum dan vitamin yang kami miliki selama ini. Tapi berkat bantuan teman-teman dan sanak keluarga di mana-mana, obat-obatan itu mulai terkumpul dan sedang dalam proses pengiriman.

Saya pribadi juga mendoakan kesembuhan kepada siapa saja yang sedang menderita sakit Corona, baik yang di rumah maupun yang di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya. Semoga kesembuhan segera tiba, kita semua sehat kembali, dan berkumpul bersama anak dan keluarga tercinta seperti sedia kala.

Bagi anda yang tetap sehat di situasi yang buruk ini, bersyukurlah. Berbagilah berkat kesehatan yang anda nikmati selama ini dengan ikut membantu orang lain tetap sehat atau sembuh, dengan disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Saya akan mendoakan agar kesehatan selalu menyertai anda, bersama keluarga dan kerabat tersayang.

Sementara bagi para tenaga medis yang hampir tak pernah beristirahat, semoga anda semua diberkati dengan kesehatan agar selalu fokus dan aman dalam menjalankan tanggung jawab mulia, mengobati dan menyelematkan hidup banyak orang.

Begitu juga kepada para pemimpin, agar senantiasa diberkati dengan kesehatan. Tolong perhatikan kesehatan dan kesejahteraan orang-orang yang anda pimpin. Kami semua membutuhkan kebijakan dan aturan yang berpihak kepada kesehatan kami.

Sehatlah kita semua.

Digiprove sealDigiproved

Comments

  • Phebie says:

    Ikut prihatin mas Agung. Semoga sekeluarga lekas diberi kesembuhan.

  • Kak Agung, semoga Kakak-kakak bisa cepat sembuh ? juga jangan terlalu banyak pikiran, agar bisa cepat sembuh.

  • PIPIT says:

    Mas Agung, semoga mas dan keluarga selalu dalam lindungan Tuhan YME dan segera lekas diberi kesembuhan, aamiiin..

  • Agus Warteg says:

    Mas agung, cukup sedih juga karena akhirnya tertular virus Corona, semoga cepat sembuh dan sehat kembali ya.

    Memang tidak semua orang patuh pada protokol kesehatan, disini juga masih ada sebagian orang yang kalo keluar rumah tidak pakai masker, tapi masih mending karena dulu malah jarang yang pakai masker, setelah ada beberapa orang disini yang terkonfirmasi positif korona barulah masyarakat pada takut, tapi tetap saja ada yang membandel tidak pakai masker, kalo ditegur ya ada yang sinis, ada yang cuek saja.

  • Avant Garde says:

    Syukurlah sudah sehat mas Agung, saya positif tanggal 2 Juli tanpa gejala, 10 hari kemudian tes antigen masih + bahkan penciuman saya sempat menghilang. Sekarang sudah negatif

  • Iqbal says:

    Halo salam kenal mas.

    Beberapa minggu yang lalu saya juga positif sekeluarga.

    Dan jujur, ada sedikit “pertanyaan” juga sama seperti yang mas tulis, mengapa saya dan keluarga yang selama ini senantiasa berhati-hati bisa kena juga, kenapa orang-orang yang abai dan malah ada yang tidak percaya adanya covid terlihat lebih aman.

    Tapi pada akhirnya saya menyadari ada hikmah besar dibalik mampirnya penyakit tersebut. Salah satunya saya tersadarkan kembali betapa lemahnya saya sebagai manusia, maka apakah yang bisa disombongkan. Ketika sakit kemarin bahkan saya tak sanggup mengganti baju anak saya yang terkena tumpahan bihun, saya dan istri membiarkan baju tersebut kotor sampai sore. Saya bersyukur tersadarkan kembali dengan penyakit tersebut.

  • Comments closed

    Newsletter