Duka Untuk Sriwijaya
Musibah kecelakaan pesawat selalu mengingatkan saya kejadian mengerikan beberapa tahun lalu saat menumpang pesawat.
Di tengah pandemi virus Corona yang belum berakhir, duka cita tersiar dari salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pesawat Sriwajaya Air yang baru saja lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta, hilang dari radar. Diduga pesawat itu jatuh dan meledak di sekitar Pulau Laki, begitu yang saya baca dari detiknews.
Belum ada berita resmi saat saya menulis ini, terkait keberadaan penumpang dan kru pesawat itu. Semoga ada mukjizat yang menyelamatkan mereka dan mempertemukan mereka kembali dengan kerabat keluarga di rumah.
Dari beberapa artikel yang pernah saya baca, masa lepas landas dan mendarat adalah masa-masa krusial, bahkan berbahaya, dalam sebuah perjalanan udara. Persentase kecelakaan pesawat paling banyak terjadi pada periode tersebut, baik disebabkan cuaca buruk maupun masalah teknis. Begitu pula yang terjadi dengan Sriwijaya Air, yang baru empat menit lepas dari daratan lalu hilang kontak.
Detik-detik mencekam di dalam pesawat.
Membaca kronologi kecelakaan Sriwijaya Air itu, saya membayangkan kengerian yang terasa saat pesawat kehilangan ketinggian yang semestinya. Saya pernah mengalami hal yang mungkin mirip dalam sebuah penerbangan internasional yang akan mendarat.
Saat pesawat perlahan turun dan saya sudah bisa melihat landasan, tiba-tiba pesawat terhempas cukup jauh ke bawah. Mirip seperti saat kita dihempas turun saat menaiki wahana Hysteria di Dunia Fantasi, Ancol. Merasakan itu di dalam pesawat tentu lebih mengerikan.
Saya merasa pesawat akan terbanting ke bumi, tapi nampaknya pilot berusaha mengangkat lagi badan pesawat. Pesawat sempat beberapa detik seperti layangan putus, melayang tanpa tenaga, sebelum mesin jet mengangkat badan pesawat ke ketinggian yang aman.
Di saat-saat seperti itu, di tengah rasa takut dan pikiran kalut, saya berusaha berdoa. Saya pejamkan mata, berdoa sambil membayangkan wajah anak dan istri saya. Setelah sekian jam di dalam penerbangan tidak berkomunikasi dengan mereka lalu saya mati dan tidak bisa memenuhi janji sederhana untuk segera kirim whatsapp setelah mendarat?, akan menjadi kematian yang memilukan. Begitu kekalutan saya.
Tapi beruntung pesawat yang saya tumpangi berhasil mendarat dengan selamat pada percobaan kedua. Setiba di terminal kedatangan, dengan tangan yang masih gemetar ketakutan, ditambah suhu dingin di kota setempat, saya mengirimkan pesan singkat kepada keluarga tercinta di Jakarta bahwa saya telah tiba dengan selamat dan baik-baik saja.
Doa untuk mereka di dalam pesawat Sriwijaya Air.
Semoga semua orang yang berada di dalam pesawat Sriwijaya yang hilang itu bisa segera ditemukan. Bagi yang selamat, semoga segera pulih, termasuk dari rasa takut dan trauma lalu berkumpul lagi dengan keluarga di rumah. Bila ada yang meninggal, semoga arwahnya mendapat tempat di surga dan kerabat keluarga yang berduka dan kehilangan, diberi ketabahan dan kesabaran menerima musibah ini.
Semoga pihak perusahaan dan juga pemerintah bahu-membahu untuk menyelidiki penyebab kecelakaan ini dan bisa mengambil langkah nyata mencegah hal ini terjadi kembali.

Comments closed
Comments
Duh mas, baca berita ini kemarin, hati saya sedihhhh bangettt, nggak kebayang bagaimana perasaan mereka yang kehilangan keluarganya. Bahkan saya baca berita, ada satu bapak kehilangan istri dan tiga anaknya (istri dan anaknya naik pesawat itu, while bapaknya menunggu di Pontianak) 🙁
Kehilangan seluruh anggota keluarga dan ditinggal sendirian, saya nggak bisa membayangkan bagaimana bapak itu menjalani hidup setelahnya. Hiks hiks. Semoga ada kabar baik untuk kita semua yaaa, ini bukan sesuatu yang oke untuk memulai tahun huhuhu.
Kak Agung, Kak Eno, hatiku juga pilu banget setiap mendengar berita pesawat jatuh 🙁
Kebayang detik-detik akhirnya dan bagaimana perasaan keluarga yang ditinggalkan, benar-benar nyesek sekali.
Setelah membaca cerita Kak Agung, tambah jadi piluuu 🙁
Semoga semua keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan.
Iya Mbak Eno dan Mbak Lia.
Sedih rasanya harus memulai tahun 2021 dengan banyak berita sedih akibat tragedi atau musibah yang terjadi di beberapa tempat.
Duka mendalam untuk seluruh korban, ya Mas.
Setelah tragedi Air Asia tahun 2014, saya pikir Indonesia sudah aman dari kecelakaan hingga tahun 2018 Lion Air jatuh. Ketika akhir tahun 2020, saya pikir ini sudah berakhir, dan kali ini Sriwijaya. Sungguh sedih karena saya juga sering naik pesawat tipe 737-500 dari Muara Bungo ke Jakarta
Iya Mas Isna, sektor transportasi harus terus dikembangkan, tidak cuma masalah kenyamanannya tapi juga keamanannya. Terutama transportasi udara yang kalau terjadi kecelakaan, potensi korban jiwa dan kerugiannya akan jauh lebih besar dibandingkan transportasi darat atau laut.