Catatan Ringan Untuk Orang Baik

Kali ini saya ingin bercerita tentang seorang teman yang baik hatinya, bernama Daru Kurniawan.

Daru nama panggilannya, adalah seorang senior dan rekan kerja. Saya mengenalnya pertama kali pada pertengahan tahun 2015, saat saya pindah masuk ke direktorat Kerja Sama Bilateral dan Multilateral, Badan Koordinasi Penanaman Modal. Berarti sampai tulisan ini saya buat, saya telah mengenalnya selama kurang lebih enam tahun.

Dari perjalanan enam tahun sebagai teman, saya takkan ragu bersaksi kepada semua orang bahwa Daru adalah orang yang baik hatinya. Bahkan saya pernah mempertanyakan kebaikannya itu kepada seorang teman lainnya, apakah Daru memang begitu? Menurut saya, Daru is too good to be true.

Tapi dari hubungan pertemanan dengannya, saya sekarang menyadari bahwa orang baik itu memang benar adanya. Daru adalah salah satu buktinya.

Penyabar yang tak terlalu suka berkonfrontasi.

Satu kelebihan yang harus saya akui darinya adalah kesabarannya. Dia sangat sabar dan cenderung berhati-hati dalam berhadapan dengan orang, terutama yang sikapnya kurang bersahabat. Dia juga bukan tipe orang yang memilih untuk segera melakukan konfrontasi untuk menyelesaikan suatu masalah dengan seseorang.

Saya mengetahui itu karena beberapa kali Daru bercerita kepada saya tentang pengalaman kurang mengenakkan yang dia alami dengan teman lain yang kami kenal atau orang lain yang dia temui. Tak jarang dia menelepon saya untuk menceritakan suatu kejadian. Bukan untuk bergosip, tapi lebih untuk bertukar pikiran bagaimana sebaiknya menghadapi sikap seseorang.

Saya sendiri bukan teman curhat yang baik karena saya seringkali gregetan mendengar ceritanya dan kesabarannya menghadapi teman atau orang yang sangat mengesalkan. Tapi dari situ saya belajar, mungkin memang cara itu adalah salah satu cara yang baik untuk menjaga pertemanan atau menjaga hubungan baik dengan seseorang.

Mungkin Daru juga pernah melakukan itu dengan teman lainnya terhadap saya. Saya akui, dalam perjalanan pertemanan kami, saya pasti pernah mengecewakannya. Saya beberapa kali berbeda pendapat, kesal dan bahkan menunjukkan kekecewaan secara langsung dengan pilihan yang dia ambil. Misalnya saat akhirnya Daru menjadi atasan saya di kantor, saya merasa dia pilih kasih dengan memberikan saya pekerjaan tambahan yang kurang substansial padahal rekan kerja yang lain memiliki beban kerja yang saat itu lebih ringan daripada beban kerja saya.

Tapi sekalipun dia enggan untuk berkonfrontasi, saat saya datang langsung menghadapinya untuk protes dan meminta penjelasan atas pilihannya, dia selalu bisa dengan sabar menjelaskan dengan nada bicara dan kata-kata yang baik.

Pintar dan tak pelit berbagi ilmu.

Saat saya pindah ke direktorat Kerja Sama Bilateral dan Multilateral, Daru telah beberapa lama berada di sana. Saya tidak mengenalnya sebelum itu. Saya benar-benar orang baru di sana. Tapi dia menerima saya dengan baik.

Berbeda dengan orang lain yang menerima saya dengan beberapa catatan dari kisah saya sebelumnya yang mereka dengar dari orang lain, Daru menerima saya tanpa dipengaruhi oleh kisah latar belakang saya.

Daru satu-satunya orang, yang saat itu membuat saya dapat beradaptasi dengan mudah di lingkungan kerja yang baru. Sebab Daru yang paling menguasai substansi pekerjaan, sekaligus mengenal semua orang yang ada di sana. Jadi hanya dari seorang Daru saya bisa mengetahui seluk-beluk pekerjaan yang akan saya hadapi sekaligus mengenal orang lain yang akan menjadi rekan kerja saya.

Pernah saya mencoba bertanya kepada orang lain tentang suatu pekerjaan, tapi saya mendapat jawaban, “Coba tanya Daru”

Itu bukti bahwa Daru dipercaya rekan kerjanya.

Pernah suatu hari saya mendapat tugas dari direktur untuk menjadi pembicara di suatu kegiatan yang diadakan instansi lain. Padahal saya tidak menguasai materinya karena saya waktu itu masih baru dan materinya bukan pekerjaan utama saya. Tapi Daru sangat mendukung. Dia menawarkan bantuan baik dari segi materi maupun moral.

Akhirnya tugas itu dapat saya jalankan dengan baik, berkat Daru.

Semua orang sayang Daru.

Banyak lagi sikap baik Daru yang mungkin tak akan saya jelaskan satu per satu di sini. Salah satunya adalah dia tipe orang yang hampir tak pernah bersungut-sungut. Pernah sesekali tapi tidak diperlihatkan di hadapan banyak orang. Dia selalu bisa menjaga sikap dan kata-katanya di saat ia tengah kecewa sekalipun. Sehingga seringkali orang tak menyadari bahwa Daru tengah memiliki beban pikiran.

Termasuk saat mendapat tugas atau pekerjaan dari atasan yang tidak sesuai dengan harapannya. Ia tetap menerima dan melaksanakan tugas itu dengan baik. Tak heran dia menjadi andalan bos dalam berbagai kesempatan.

Tapi siapa pun takkan luput dari kekurangan, begitu juga Daru. Beberapa kali pula saya menemui orang yang mengeluhkan rasa kecewanya terhadap Daru dalam beberapa hal. Tapi cerita itu tak mengubah banyak penilaian saya terhadap Daru, karena memang tak ada orang yang sempurna, kan?

Dengan banyak sikap baiknya, caranya menempatkan diri, caranya memperlakukan orang lain, maka tak heran banyak orang yang menyayanginya. Tapi Tuhan ternyata lebih sayang kepadanya.

Tanggal 21 Juli 2021, Daru meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat akibat terinfeksi virus Corona. Dia meninggal di usia yang sangat muda. Dari segi usia, saya lebih tua beberapa tahun darinya.

Duka itu seperti meruntuhkan sukacita yang tengah saya rasakan atas kesembuhan saya dan istri dari virus Corona dan berkumpul lagi dengan anak kami. Apalagi beberapa jam sebelumnya di hari yang sama, saya juga mendapat kabar duka bahwa tante terdekat saya di Surabaya juga baru saja pergi setelah berjuang menghadapi penyakitnya.

Saya menjadi tak bersemangat untuk kembali ke kantor, karena saya takkan bertemu dengan Daru lagi di sana. Saya akan merindukan momen dimana kami berdiskusi masalah pekerjaan, diselingi dengan humor yang seringkali tak lucu tapi anehnya bisa membuat kami tertawa bersama, atau sekadar menghabiskan waktu dengan bisik-bisik tetangga bertukar solusi saat membahas persoalan pribadi yang kami hadapi.

Saya selalu percaya bahwa berkat Tuhan bisa turun melalui apa saja dan siapa saja. Daru adalah salah satu cara Tuhan menunjukkan berkat-Nya kepada saya.

Saya menangisi kepergiannya, seperti saat saya menangisi kepergian ibu saya. Doa saya di hari kepergiannya tak terucap sempurna karena isak tangis dan air mata. Saya sulit berkata-kata mengucapkan doa dengan dada yang sesak karena penyesalan dan kesedihan. Tapi saya percaya Tuhan mendengar doa saya dengan baik.

Saya juga telah memaafkan segala kesalahannya dan berharap ia juga akan memaafkan segala kesalahan saya dari surga. Segala hal baik darinya akan saya simpan di hati dan saya kenang sepanjang hidup.

Tenanglah di surga, teman.

Digiprove sealDigiproved

Comments

  • Agus says:

    Hiks…???

    Baca kisahnya jadi terharu, seorang teman baik telah pergi. Semoga saudara Daru mendapatkan tempat yang baik di alam kubur, amin.

    Memang sih tidak ada orang yang sempurna, tapi kadang kekurangan itu tidak menutupi kelebihan nya. Aku juga punya teman yang begitu, kadang kami bertengkar tapi akhirnya akur lagi.

  • Avant Garde says:

    Turut berduka cita atas kepergian mas daru dan tante tercinta, dan turut berbahagia atas kesembuhannya mas Agung. Tuhan Maha Besar 🙂 sehat-sehat selalu

  • Comments closed

    Newsletter