Bus Tije: Panjang dan Lama

Setelah mencoba perjalanan ke kantor dengan kereta listrik beberapa hari lalu, pada hari Jum’at kemarin (6/1) saya dan istri mencoba bus Transjakarta.

Kami mencoba bus yang sering juga disebut Tije, baca TJ singkatan dari Transjakarta, karena harganya sangat murah. Cukup dengan Rp. 3,500 kami bisa mencapai halte Tije di depan kantor.

Untuk menghindari macet di sekitar Buaran, Klender dan sekitarnya, kami memutuskan berangkat lebih awal daripada biasanya. Pukul 6.15 kami sudah tiba di halte keberangkatan pertama, halte Kantor Walikota Jakarta Timur.

Awal perjalanan kami lalui dengan sangat nyaman. Dengan kondisi bus yang bagus dan jumlah penumpang yang tidak terlalu banyak, kami memulai perjalanan dengan duduk di baris paling belakang.

Kursi bus Tije tentu tidak sekeras bus Metromini atau Kopaja. Pengatur suhu di dalam bus juga menjaga badan kami dari keringat yang tidak perlu.

Saya dan istri menikmati perjalanan dengan melihat-lihat suasana di luar bus dan mengobrol. Sambil berpegangan tangan romantis.

Beberapa kali bus yang kami tumpangi tersendat macet, tapi tidak mengurangi kenyamanan di dalam bus.

Bus tiba di halte Fly Over Jatinegara 30 menit kemudian. Kami harus berpindah halte untuk menunggu bus Tije lainnya jurusan PGC 2. Proses berpindah halte dan menunggu bus tidak memakan waktu lama, hanya 10 menit.

Maka kami berdua sudah berpindah bus menuju Cawang. Kali ini penumpang agak banyak, sehingga hanya istri saya yang kebagian kursi. Tapi dengan kondisi bus yang bagus, saya tetap merasa nyaman selama perjalanan meskipun harus berdiri.

Sampai di Cawang, kami sebenarnya berencana untuk berhenti di halte terakhir, PGC 2, sekaligus halte pertama jurusan Pluit dengan harapan mendapatkan kursi di dalam bus.

Tapi melihat kondisi jalan di sekitar Cawang yang sangat padat, kami memutuskan berhenti di halte BKN dan berpindah bus jurusan PGC 2-Pluit. Jam tangan menunjukkan pukul 7 lewat beberapa menit.

Sudah kurang lebih 1 jam perjalanan yang kami tempuh dari rumah sampai Cawang. Dalam waktu yang sama, kami sudah tiba di kantor apabila ditempuh dengan kereta atau sepeda motor.

Ternyata perjalanan etape ke-3 inilah yang mengubah semua perasaan senang dan nyaman kami. Jarak dari Cawang menuju kantor yang kurang dari 10 km harus ditempuh selama 1 jam lebih. Bus Tije harus berjalan pelan dan tersendat karena terjebak macet.

Jalur khusus bagi bus Tije tidak sepenuhnya bermanfaat bagi kami, bus dan penumpangnya, karena kemacetan yang terjadi di luar jalur itu mempegaruhi juga laju bus, terutama saat melintasi persimpangan yang tidak ada jalur istimewa bagi bus Tije.

Total waktu yang harus kami jalani dari rumah menuju kantor menggunakan bus Tije adalah 2 jam. Kami pun terlambat tiba di kantor.

Tunjangan kerja pun harus kami relakan terpotong karena keterlambatan ini.

Selain waktu tempuh yang lama, kondisi di dalam bus dari Cawang menuju kantor juga penuh sesak. Penumpang berdiri berhimpitan, walaupun tidak sesesak di dalam kereta. Nampaknya jumlah bus Tije harus diperbanyak lagi untuk menampung jumlah penumpang di koridor-koridor tertentu.

Maka walaupun harga yang harus kami bayar jauh lebih murah dibandingkan transportasi lainnya, akhirnya kami memutuskan untuk mencoret dulu bus Tije dari pilihan alternatif transportasi menuju kantor. Untuk arah sebaliknya menuju pulang, belum kami coba.

Dari segi harga, Transjakarta menjanjikan transportasi yang murah. Tapi dari segi waktu, perjalanan dengan bus Transjakarta sangatlah panjang dan lama.

Secara umum Transjakarta sudah bagus, tapi masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Mungkin suatu hari nanti, kami akan kembali lagi kepada bus Tije untuk pergi menuju kantor.

Digiprove sealDigiproved

Newsletter

Twitter