Aksi Untuk Negeri #BelaTimnas
Banyak aksi massa belakangan ini.
Ada yang mengklaim bahwa aksi yang mereka lakukan adalah untuk menjaga keutuhan dan kehormatan NKRI. Ada juga yang mengaku bahwa aksinya adalah yang paling damai, tidak ditunggangi kepentingan politik. Ada pula aksi yang menyajikan kebhinekaan.
Tapi Aksi #BelaTimnas menghadirkan itu semua tanpa perlu banyak cerita.
Aksi Bela Timnas adalah aksi yang murni dilakukan untuk menjaga kehormatan bangsa dan negara di lapangan hijau pertandingan sepakbola, di tengah hiruk pikuk negeri ini yang menjadi sorotan dunia.
Tidak ada yang menggerakkan.
Tidak perlu donatur yang menyediakan makanan, minuman, transportasi apalagi uang untuk membeli tiket.
Semua orang yang hadir didorong keikhlasan dan kerelaan untuk mendukung Timnas menghadapi lawan berat di semifinal Piala AFF.
Kalau Aksi lain bisa diikuti dengan gratis, Aksi Bela Timnas harus bayar.
Tapi itu tidak menurunkan semangat orang untuk mengikutinya. Sayangnya, tiket yang tersedia cuma 27000.
Aksi Bela Timnas tidak perlu diberi label aksi super damai. Sebab Aksi ini memang bukan aksi damai yang malah diwarnai makian di tengah aksi.
Aksi Bela Timnas diharapkan menjadi aksi penuh sportivitas. Menang dan kalah dengan status terhormat.
Aksi Bela Timnas juga bukan untuk memaksa kehendak sendiri terhadap aparat pertandingan.
Tidak ada intervensi.
Apapun keputusan hakim maka itulah yang berlaku. Peserta aksi cuma bisa berteriak “Wasit goblok!” tapi tidak mengancam akan menguasai stadion, apalagi mengkudeta kursi presiden federasi sepakbola ASEAN.
Peserta Aksi Bela Timnas juga tidak perlu berkoar-koar bahwa aksi ini adalah paling bhineka. Kebhinekaan di Aksi Bela Timnas sudah terlihat dari komposisi para pemain yang membela keagungan Garuda Pancasila.
Aksi ini juga paling toleran, sebagaimana toleransi yang selalu dibanggakan Indonesia di mata dunia.
Aksi ini mengabaikan perbedaan agama dan keyakinan. Apapun agama yang diyakini, semua dibalut oleh seragam suci bernada merah putih dengan semangat Garuda Pancasila di dada.
Tidak ada yang berteriak-teriak dengan ayat suci agama apapun terhadap fakta bahwa pemimpin Timnas adalah seseorang dari golongan minoritas, yaitu Boaz Solossa.
Apapun sukunya, apapun agama yang dia peluk, selama dia berpotensi dan mengakui Indonesia sebagai tanah airnya, maka dia layak untuk memimpin.
Nyanyian, yel-yel dan pekik yang dikumandangkan dalam Aksi ini juga hanya ditujukan untuk mengobarkan semangat Indonesia. Tidak ada makian apalagi hinaan kepada pihak manapun.
Makanya Presiden Jokowi bisa sangat menikmati setiap momen dalam Aksi ini.
Aksi ini juga aman diikuti oleh anak-anak, perempuan dan orang tua.
Saya dan istri saya, Rebecca, sangat bangga bisa menjadi bagian dan peserta Aksi ini.
Bernyanyi lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama-sama dengan ribuan orang lainnya, benar-benar menggetarkan hati.
Tapi tentu, kesuksesan Aksi Bela Timnas ini tidak hanya karena kehebatan semua peserta Aksi. Ada tangan besar yang tidak terlihat, yang melindungi semuanya di Aksi ini.
Tangan itulah yang memberkati Timnas Indonesia sehingga seluruh pemain sanggup bermain dengan penampilan terbaiknya. Tangan itu yang menjamah pemimpin tim, pemain, pelatih dan seluruh suporter sehingga Aksi ini berlangsung dan berakhir manis.
Dan Tangan itu pula yang mengangkat harkat dan derajat negeri ini melalui kemenangan atas lawan berat di lapangan hijau.
Terima kasih untuk Aksi Bela Timnas. Saya bangga ikut Aksi ini.
Jayalah negeri dan sepakbola Indonesia.
